JAILOLO, defactonews.co — Aksi demonstrasi Mahasiswa yang tergabung dalam OKP Cipayung Plus GMNI, GMKI, LMND dan GAMKI dalam memperingati Hari Tani Nasional (HTN) yang dilakukan di depan Kantor Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat (Halbar) nyaris ricuh, Jumat (24/9/2021). Pasalnya, Di kesekian kalinya hari tani nasional itu, Massa aksi menilai Kabupaten Halmahera Barat selama bergantian kepemimpinan dari periode ke periode belum ada ketercapaian dan terciptanya kondisi sosial yang dapat dijadikan sebagai bukti otentik kesejahteraan petani di halbar.
“Pemda Halbar dengan gagasan baru yang menjerumuskan dalam Visi-Misi Bupati James Uang dan Djufri Muhamad tentang Mewujudkan Halmahera Barat yang Aman, Adil dan Sejahtera, diharapkan menjadi salah satu mimpi untuk bagaimana terciptanya masyarakat sejahtera lewat isu isu strategis dibidang pertanian, peternakan, perkebunan, nelayan dan pariwisata,”tegas orator Aksi Marinus Pangulili.
Selain itu, Dikatakan Ketua GMNI Halbar itu, Ketika dilihat pada kenyataannya justru tidak dapat memungkiri bahwa di pedesaan, kaum tani semakin terjerat oleh penghisapan tengkulak, pengijon dan berbagai bentuk parasit, baik kelompok ataupun individu yang menjalankan sistem peribaan dalam menghisap kaum tani di pedesaan.

“Karenanya, pendapatan kaum tani, kerap kali tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Hal tersebut disebabkan Karena mahalnya harga kebutuhan dan sarana produksi pertanian (Saprotan) yang dikuasai oleh tuan tanah-tuan tanah lokal yang sekaligus sebagai pengepul di pedesaan, bahkan dilain sisi harga hasil produksi pertanian tidak pernah menunjukkan kenaikan yang signifikan. Hal tersebut menurut kami mengindikasikan ketidakmampuan pemerintah dalam menjawab kebutuhan kaum tani dan sikap abainya atas berbagai persoalan petani sehingga tidak ada ketercapaian dalam mensejahterakan petani,”sesal Marinus.
Sementara, Korlap Aksi Fandi salasa dalam orasinya menyampaikan, Pemerintahan James Uang dan Djufri Muhamad tidak perlu berusaha keras untuk memungkiri kenyataan bahwa Kabupaten Halmahera Barat hingga saat ini masih bergantung hidup dari hasil pertanian dan sumber-sumber agraria lainnya, yang masih berlimpah atas kekayaan alam negeri ini.
“Namun sepandai apapun pemerintah memungkiri, tetap saja tidak bisa menyembunyikan arti penting pertanian tersebut yang menjamin penghidupan mayoritas rakyat, temasuk upaya sistematis mengecilkan jumlah kaum tani secara lokal atau angkatan kerja yang terserap dalam sektor pertanian (dalam perkebunan maupun dalam pertanian perorangan berskala kecil) untuk meninggikan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian,”ucapnya.
Dikatakan Fandi, Jika ditelusuri lebih jauh, pengesahan UUPA No. 5 Tahun 1960 hanya bertujuan untuk memenuhi kepentingan para tuan tanah besar dan mengukuhkan pelaksanaan kegiatan yang bernuansa imperialis dan pada kenyataannya istilah “reforma agraria” tersebut memiliki kekuatan untuk meredam tuntutan dan aspirasi sejati kaum tani.
“Kaum tani tidak dapat dimanipulasi lagi dengan berbagai paket program “reforma agraria palsu” dalam pemerintahan James Uang dan Djufri Muhamad, Aspirasi dan kepentingan sejati para buruh tani, petani, nelayan dan masyarakat adat di pedalaman dan seluruh rakyat Halmahera Barat merupakan aspirasi sejati,”tandas Fandi

Berdasarkan pantauan, Saat aksi tengah berlangsung, massa mulai mencoba masuk ke teras Kantor Pemkab Halbar. Namun, petugas Kepolisian dan Satpol PP yang sebelumnya telah membentuk barisan mencoba menghalangi aksi massa tersebut.
Saling dorong pun tak terhindarkan saat massa mencoba menerobos barisan Polisi dan Satpol-PP untuk bisa menduduki Gedung Pemerintahan. Massa juga terlihat membakar Ban diluar gedung pemkab Halbar bahkan mengancam tidak akan meninggalkan lokasi jika aksi tersebut tidak direspon oleh Bupati atau Wakil Bupati.
Saat asap menyelimuti disekitar Kantor Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat, tampak massa aksi nyaris dihantam oleh Oknum Satpol-PP, Namun selang beberapa menit kemudian aksi yang sempat menegangkan tersebut mulai redah dan situasi mulai kondusif bahkan massa aksi mulai berangsur meninggalkan lokasi.
(D01/Red)