JAILOLO, terasmalut — Upaya penanganan mitigasi bencana Erupsi Gunung Api, Kecamatan Ibu Tabaru, Kabupaten Halmahera Barat (Halbar) Provinsi Maluku Utara, terus diperkuat Pemerintah Kabupaten setempat.
Setelah letupan susulan Gunung Api Ibu, yang terjadi pada Senin 27 Mei 2024 Pukul 03.03 (dinihari), terjadi peningkatan jumlah pengungsi yang tersebar di sejumlah titik.
Bupati Halmahera Barat, James Uang menyampaikan, penanganan secara fisik maupun peningkatan kemampuan dalam menghadapi bencana akan terus ditingkatkan oleh pemerintah daerah demi keselamatan warga di 16 Desa yang berada di Kecamatan Ibu Tabaru.
Dikatakan James Uang, bahwa upaya penanganan penyelamatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah merupakan bentuk kewajiban sehingga harus lebih ditingkatkan terutama intens dalam mengunjungi titik-titik lokasi pengungsian untuk memastikan kebutuhan pokok para pengungsi.
“Terutama kebutuhan pokok, setiap saat akan kita kroscek agar tidak dikeluhkan oleh para pengungsi, selain itu kesehatan serta kebutuhan lain yang dibutuhkan oleh pengungsi tentu akan terus didata,”ucap James.
Pantauan terasmalut.id, selasa 28 Mei 2024, Bupati James Uang didampingi Istrinya Meri Popala, Kepala BNPB Halbar Wawan Gunawan M T Ali, Kepala Dinas sosial Halbar, Amos Sulli, Kadis BPMPD dan TNI serta rombongan juga memantau 5 posko pengungsian di perbatasan Halbar-Halut.
Selain itu, pengungsi yang tersebar di 7 desa di kabupaten halmahera utara yang dijadikan tempat pengungsian juga dikunjungi oleh rombongan Bupati sekaligus membagikan bantuan sembako sebagai kebutuhan pokok selama berada di tempat pengungsian.
“Jadi ada 11 titik yang kita sasar hari ini, baik yang di perbatasan antar kabupaten Halbar-Halut dan juga yang berada di tujuh desa di rumah-rumah warga di Halut,”bebernya.
“Untuk 7 desa di halmahera utara (Halut) diantaranya yaitu Desa Tolabit, Soamaetek, Kay, Toliwang, Bailengit, Pitago dan Kupa-kupa, dengan jumlah KK sebanyak 94 dan 249 Jiwa,”sambung James.
Berdasarkan hasil pengamatan Badan Geologi Pos pemantauan Gunung berapi Ibu, James menyebut hanya terdapat 7 Desa di kecamatan Ibu Tabaru yang ditetapkan sebagai zona merah, sementara sebagian desa di kecamatan tabaru tidak dalam kategori zona merah.
Tetapi, lanjut James, pengungsi yang tersebar di perbatasan Halut-halbar dan di 7 Desa di Kabupaten Halut merupakan warga yang berasal dari 5 desa yang tidak dinyatakan zona merah yaitu Desa Tolisaor, Arujaya, Pasalulu, Togoreba Tua dan Togoreba Sungi dengan jumlah KK sebanyak 209 dan jumlah jiwa mencapai tercatat secara keseluruhan pengungsi mencapai 737.
Meski begit, Ia mengaku sebagai pemerintah daerah tentu sangat berkewajiban untuk memperhatikan kondisi terhadap masyarakat apalagi sudah mengungsi karena takut dengan adanya semburan abu vulkanik.
“Memang benar warga dari sebagian desa di kecamatan Ibu Tabaru itu tidak dalam radius zona merah, tetapi mungkin saja karena sudah takut akibat semburan abu vulkanik maka terpaksa mereka mengungsi, dan kalau sudah mengungsi maka kami berkewajiban untuk memastikan kebutuhan pokok demi kesela selama berada di tempat pengungsian,”tandas James Uang.*(Red/Ghe).