PABOS DIBAWAH CENGKERAMAN OLIGARKI | OLEH : GUSTI RAMLI

- Jurnalis

Senin, 27 Februari 2023 - 16:46 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gusti Ramli (Dok/terasmalut)

Gusti Ramli (Dok/terasmalut)

TERASMALUT.ID — Desa Payo, Bobo, dan Saria (Pabos) adalah tiga desa yang berada dikecamatan jailolo kabupaten Halmahera Barat. Ketiga desa ini merupakan desa yang mempunyai nilai religius yang begitu kental, hal ini disebabkan oleh keberadaan Ahlul Baib (ulama dari Arab) diketiga desa tersebut.

Patut disyukuri akan hal demikian, karena keberadaan para habib yang tersebar ditiga desa ini merupakan hal yang positif sehingga masyarakat terkhususnya generasi muda dapat belajar ilmu agama sebagai benteng pertahanan diri serta bekal menuju tuntutan zaman yang lebih kejam nantinya.

Secara historis ketiga desa ini belum diketahui unsur kebenarannya. Sehingga masyarakat setempat masih mengadopsi rekam sejarah dari para ulama (habib) dan orang tua yang dianggap sudah lama menempati ketiga desa tersebut.

Mayoritas masyarakat diketiga desa ini menggeluti sektor perikanan dan pertanian, sisahnya pegawai negeri dan lainnya, Pada sektor pertanian dan peternakan sendiri didominasi oleh masyarakat desa Payo dan Bobo, sedangkan desa Saria sekitar 75 persen menggeluti bidang perikanan (Nelayan dan Pedagang ikan) sisahnya pegawai negeri. Selain itu masyarakat desa Payo dan Bobo juga berprofesi sebagai Nelayan.

Selain memiliki potensi alam pada sektor perikanan, peternakan, dan pertanian. Ketiga desa ini juga memiliki potensi sumber daya alam berupa Panas Bumi (Air Panas). Hal ini sudah tentu menarik perhatian dari kelompok-kelompok kapitalis dalam hal ini penguasa, sebut saja PT GEODIPA ENERGY salah satunya.

Baca Juga :  Mantan Aktivis di DPRD dan Lakon Kucing Basah

PT Geodipa Energy adalah perusahaan swasta dibawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia yang bergerak dibidang Eksplorasi dan Eksploitasi panas bumi. Diwilayah lain seperti desa Dieng Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah.

Ini merupakan wilayah pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) oleh PT Geodipa, sehingga masyarakat diwilayah tersebut merasakan dampak berupa gas beracun, sumber hidup puluhan ribu petani, dan kepentingan sektor pertanian berkelindan disatu lokasi.

Pagi hari di desa Dieng Jawa Tengah, saat musim hujan selalu berwarna abu-abu karena kabut dan dingin yang menusuk tulang. Diladang para petani dengan baju tebal, sepatu boot plastic dan penutup kepala, melawan dingin dengan tetap bekerja diantara tanaman mereka. Bau pupuk kandang menyengat diantara ladang sayuran dan tanaman kentang.

Hal serupa akan dirasakan oleh masyarakat Pabos dan Idamdehe apabila PT Geodipa Energy akan beroperasi. Maka sudah sepatutnya Pemerintah Desa, masyarakat maupun mahasiswa harus menolak akan kehadiran PT Geodipa Energy.

Selain itu Pemerintah Daerah sebagai pemangku kebijakan tertinggi di Kabupaten Halmahera Barat harus pro terhadap rakyatnya, sebab masyarakat diketiga desa ini mampu hidup sejahtera serta dapat membiyayai pendidikan anak cucu mereka dengan sumberdaya alam berupa pala, cengkeh dan kelapa.

Baca Juga :  Hilangkan Ambang Batas Pemilu DPR & PRESIDEN 2024 | Oleh: Muhammad Syukur Mandar

Terlepas daripada itu, mahasiswa yang tergabung dalam HIMPUNAN PELAJAR MAHASISWA PAYO BOBO SARIA (HIPMA-PABOS) turut hadir sebagai aktor pemberontak serta turut terlibat untuk menolak kehadiran PT Geodipa Energy.

Bahkan seluruh Mahasiswa Halmahera Barat yang masih memiliki kesadaran diri, berpikir objektif dan mampu mendengar jeritan rakyat dengan hati nurani atas kebijakan yang nantinya mencekik roda perekonomian rakyat Pabos khususnya dan seluruh rakyat Halmahera Barat pada umumnya.

Terlebih Mahasiswa dikenal sebagai agen of change dan agen of control social yang menjadi label mahasiswa, sehingga dapat berpartisipasi baik jiwa, tenaga dan pikiran dalam mengawal kebijakan dan juga rentetan problematika yang hadir di Bumi Jiko Makolano.

Akhir dari tulisan ini, saya harap jiwa pemberani serta pemberontak dari Kapita Banau, Pua En, Page Salasa dan sederet pahlawan yang pernah mengusir penjajah ditanah Jailolo dapat diwarisi oleh generasi muda khususnya Mahasiswa.

Saya teringat pada kalimat manis yang pernah diucapkan oleh kakanda Habib Fahmi Albaar bahwasanya ‘Jikalau anda (mahasiswa) tidak lagi peka dengan jeritan rakyat, maka buang saja ilmu mu ditempat sampah.

Sebab ilmu itu harus mengakar kebawah dan berbuah keatas.’ Akhir kata, lebih baik diasingkan daripada harus menyerah terhadap kemunafikan.***

 

Berita Terkait

Hilangkan Ambang Batas Pemilu DPR & PRESIDEN 2024 | Oleh: Muhammad Syukur Mandar
Mantan Aktivis di DPRD dan Lakon Kucing Basah
Berita ini 256 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 27 Februari 2023 - 16:46 WIB

PABOS DIBAWAH CENGKERAMAN OLIGARKI | OLEH : GUSTI RAMLI

Jumat, 22 Oktober 2021 - 07:50 WIB

Hilangkan Ambang Batas Pemilu DPR & PRESIDEN 2024 | Oleh: Muhammad Syukur Mandar

Sabtu, 25 September 2021 - 06:28 WIB

Mantan Aktivis di DPRD dan Lakon Kucing Basah

Berita Terbaru

error: